19 Januari 2025
MotoGP telah menyaksikan banyak kejutan sepanjang sejarahnya, termasuk cerita-cerita tentang pembalap yang mengalami penurunan performa meskipun pernah meraih gelar juara dunia. Salah satu contoh yang paling mencolok adalah Joan Mir, yang setelah memenangkan gelar juara dunia MotoGP pada 2020, justru mengalami kesulitan untuk mempertahankan performa puncaknya. Namun, Mir bukan satu-satunya pembalap yang mengalami penurunan pasca gelar juara dunia. Berikut adalah tiga pembalap yang mengalami kemunduran meskipun mereka pernah berada di puncak kejuaraan.
1. Joan Mir (2020 – Suzuki)
Joan Mir mencatatkan sejarah besar dengan meraih gelar juara dunia MotoGP pada 2020 bersama Suzuki, meski tak pernah meraih kemenangan balapan selama musim itu. Meski berhasil memanfaatkan konsistensi dan strategi jitu, Mir belum bisa mempertahankan performanya di musim berikutnya. Setelah berpindah ke Honda, Mir belum berhasil menemukan ritme dan kesulitan menyesuaikan diri dengan karakteristik motor yang lebih sulit dikendalikan. Kemunduran ini mengundang banyak pertanyaan tentang apakah pencapaian puncaknya hanya sebuah kejadian luar biasa atau tanda-tanda penurunan yang lebih panjang.
“Saya tahu saya mampu lebih, tapi saya belum bisa menampilkan potensi terbaik saya dengan Honda. Kami terus berusaha dan saya tetap optimis,” ujar Mir saat diwawancarai.
2. Fabio Quartararo (2021 – Yamaha)
Fabio Quartararo meraih gelar juara dunia pada 2021 bersama Yamaha dengan dominasi yang luar biasa sepanjang musim tersebut. Namun, setelah meraih gelar tersebut, performa Quartararo menunjukkan penurunan yang signifikan, terutama pada musim 2022 dan 2023. Mesin Yamaha yang mulai tertinggal dibandingkan pesaing, ditambah dengan beberapa insiden teknis dan cedera, menyebabkan Quartararo kesulitan untuk kembali ke puncak persaingan.
“Setelah 2021, kami merasa sedikit kehilangan arah. Kami berusaha keras, tapi tampaknya kami masih jauh dari level yang kami capai tahun lalu,” kata Quartararo.
Meskipun dia tetap menjadi salah satu pembalap terbaik, musim-musim setelah 2021 menunjukkan betapa sulitnya mempertahankan gelar di MotoGP, terutama dengan tantangan teknis dan persaingan yang semakin ketat.
3. Jorge Lorenzo (2015 – 2019 – Yamaha/Ducati)
Jorge Lorenzo adalah pembalap yang dikenal dengan dominasi luar biasa pada awal dekade 2010-an, terutama saat ia meraih tiga gelar juara dunia MotoGP bersama Yamaha (2010, 2012, 2015). Namun, setelah pindah ke Ducati pada 2017, performa Lorenzo menurun drastis. Meski sempat tampil menjanjikan pada beberapa balapan, ia kesulitan menyesuaikan diri dengan karakteristik motor Ducati yang lebih sulit dikendalikan. Perpindahannya ke Honda di akhir kariernya juga tidak membuahkan hasil yang signifikan.
Lorenzo akhirnya memutuskan untuk pensiun pada 2019, meninggalkan MotoGP di usia yang relatif muda. “Saya merasa sudah memberi segalanya, tetapi saya tidak bisa lagi menemukan motivasi yang sama,” ungkap Lorenzo setelah pensiun.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemunduran Pembalap
Ada banyak faktor yang bisa menyebabkan kemunduran seorang juara dunia MotoGP, termasuk perubahan tim, perubahan motor, masalah teknis, cedera, dan juga mentalitas yang berpengaruh pada performa. Dalam dunia yang sangat kompetitif ini, mempertahankan gelar juara dunia adalah tantangan besar, bahkan bagi pembalap sekelas Joan Mir, Fabio Quartararo, dan Jorge Lorenzo.
Meskipun ada banyak yang merasa bahwa ketiganya masih memiliki potensi untuk meraih kesuksesan, kenyataannya adalah bahwa persaingan di MotoGP sangat ketat, dengan tim dan pembalap lain yang terus berkembang.
Penutupan
Ketiga pembalap ini menunjukkan bahwa menjadi juara dunia di MotoGP bukanlah jaminan kesuksesan jangka panjang. Joan Mir, Fabio Quartararo, dan Jorge Lorenzo memberikan contoh nyata bahwa persaingan yang ketat dan tantangan teknis membuat mempertahankan posisi di puncak sangatlah sulit. Namun, meskipun mereka menghadapi kemunduran, semua masih memiliki potensi besar untuk kembali bersinar di masa depan, dan siapa tahu, kita bisa melihat mereka kembali ke puncak pada suatu saat nanti.