
19 Februari 2025
Kontroversi terkait penggunaan baju bodo modifikasi oleh salah satu finalis Puteri Sulawesi Selatan (Sulsel) akhirnya mulai menemui titik terang. Pihak penyelenggara acara dan sejumlah pelaku seni budaya tradisional telah mengadakan dialog untuk membahas polemik tersebut. Pertemuan yang berlangsung pada Senin, 18 Februari 2025, di Makassar itu bertujuan untuk mencari solusi agar tidak terjadi kesalahpahaman lebih lanjut terkait pelestarian warisan budaya.
Kontroversi yang Muncul
Penggunaan baju bodo, pakaian tradisional khas Bugis-Makassar, yang dimodifikasi menjadi lebih modern oleh salah satu finalis memicu kritik dari sejumlah tokoh budaya. Mereka menilai bahwa modifikasi tersebut dianggap menghilangkan esensi dan nilai sakral dari baju bodo yang telah menjadi identitas budaya Sulawesi Selatan.
“Baju bodo bukan sekadar pakaian, tetapi simbol budaya dan tradisi yang telah diwariskan secara turun-temurun. Modifikasi yang berlebihan dapat menghilangkan makna filosofis yang ada di dalamnya,” ujar Anwar Salim, seorang budayawan Makassar.
Kritik tersebut juga ramai diperbincangkan di media sosial, di mana banyak netizen menyuarakan pendapat pro dan kontra terhadap modernisasi busana tradisional.
Penyelenggara Berikan Klarifikasi
Menanggapi kritik tersebut, penyelenggara Puteri Sulsel memberikan klarifikasi bahwa modifikasi baju bodo dilakukan untuk memberikan sentuhan modern tanpa bermaksud merusak nilai budaya.
“Kami hanya ingin menunjukkan bahwa baju bodo dapat tetap relevan dan menarik di era modern. Namun, kami memahami kekhawatiran masyarakat dan akan lebih berhati-hati dalam mengusung tema busana tradisional di masa depan,” kata Ketua Panitia Puteri Sulsel, Rini Hasan.
Dialog untuk Mencapai Kesepahaman
Untuk meredam ketegangan, pihak penyelenggara menginisiasi dialog dengan para tokoh budaya, desainer busana tradisional, dan sejumlah pemerhati seni. Pertemuan ini membahas batasan yang dapat diterima dalam memodifikasi pakaian tradisional, sekaligus mencari jalan tengah agar tradisi dan modernitas dapat berjalan berdampingan.
“Dalam pertemuan ini, kami sepakat bahwa baju bodo tetap harus dihormati sebagai simbol budaya. Modifikasi boleh dilakukan, tetapi harus memperhatikan nilai-nilai asli yang melekat,” ujar Anwar Salim setelah dialog.
Respons Publik
Dialog yang digelar mendapatkan tanggapan positif dari berbagai kalangan. Banyak masyarakat mengapresiasi langkah penyelenggara untuk membuka ruang diskusi dengan pelaku seni dan budaya.
“Ini langkah yang baik. Budaya memang harus dijaga, tetapi kita juga tidak boleh menutup diri terhadap perkembangan zaman. Asalkan modifikasi dilakukan dengan penghormatan terhadap nilai tradisional, itu bukan masalah,” ujar Ida, seorang warga Makassar.
Namun, ada pula yang berharap penyelenggara lebih bijak ke depannya dalam mengusung tema yang melibatkan elemen tradisional agar tidak menimbulkan polemik.
Pelajaran untuk Masa Depan
Kasus ini menjadi pengingat pentingnya kolaborasi antara pihak modern dan tradisional dalam mengelola warisan budaya. Budaya lokal dapat terus dilestarikan dengan cara yang relevan di masa kini, asalkan tetap menghormati nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Pihak penyelenggara juga menyampaikan rencana untuk melibatkan para budayawan dan desainer lokal secara langsung dalam acara-acara selanjutnya agar tidak terjadi lagi kesalahpahaman.
“Ini bukan hanya tentang busana, tetapi bagaimana kita sebagai bangsa dapat menjaga harmoni antara tradisi dan inovasi,” pungkas Rini Hasan.
Dengan adanya dialog ini, diharapkan kontroversi mengenai baju bodo modifikasi dapat diselesaikan dengan baik dan menjadi pelajaran penting dalam pelestarian budaya tradisional Indonesia.